Laman

Senin, 02 Agustus 2010

Kisah Menantu dan Mertua



·        2 Tawarikh 18:1-34   

Kisah Yosafat dengan sang mertua disini sangat seru dan menegangkan. Yosafat mempunyai mertua yang tidak takut akan Tuhan yaitu Ahab, raja Israel. Suatu hari Yosafat berkunjung pada mertua. Lalu mertua mengajak menantu pergi perang bersama melawan Ramot Gilead. Sebagai menantu yang baik, Yosafat tidak ingin mengecewakan  mertua. Namun Yosafat mengajak mertua menanyakan hal itu pada Tuhan. Sang mertuapun mengumpulkan 400 nabi. Ketika Raja  Ahab alias mertua Yosafat bertanya pada nabi-nabi itu apakah diperbolehkan Tuhan mereka menyerang Ramot  Gilead,nabi-nabi itu serempak menjawab,”Majulah! Allah akan menyerahkannya ke dalam tanganmu. Bayangkan saja 400 nabi memiliki satu suara! Seolah tak ada yang perlu diragukan lagi. Tidak perlu voting lagi. Semua satu suara! Satu pendapat! Suatu pendapat yang sangat kuat. Betapa riuhnya suasana pada saat itu. Secara manusia/logika, hal itu sangat mendukung untuk melakukan perang. Akan tetapi apa yang dilakukan Yosafat,seorang menantu yang memiliki keintiman pribadi dengan Tuhan (2 Taw 17:6)? Yosafat tidak merasa damai sejahtera dengan 400 nabi dengan satu suara itu. Ia masih mendesak pada mertua, adakah nabi yang lain? Mertua (mungkin dengan enggan) menjawab, masih ada satu lagi. Tapi sang mertua sebagai raja ini membenci nabi yang satu ini, karena selalu menubuat tentang hal buruk pada raja. Masuk akal sekali apabila kita tidak suka atau membenci pada orang yang tidak sepihak pada kita sebagai pemimpin, yang selalu mengkritik, mencela program atau cara kerja kita. Yosafat, sang menantu membujuk mertua untuk memanggil yang satu ini. Kayaknya Yosafat tergerak untuk memunculkan yang satu ini. Nabi yang satu dan vocal ini adalah Mikha. Lalu mertua menyuruh utusan menjemput Mikha. Saat mertua dan menantu menunggu inilah, ada 1 nabi (pemimpin nabi-nabi) berusaha menyakinkan sang raja Israel bahwa bangsa itu mendapat restu dari Tuhan untuk berperang, bahkan nabi Zedekia memberikan peragaan untuk menyakinkan dengan menggunakan alat peraga tanduk-tanduk besi. Semua nabi bernubuat sama (pasti sangat riuh redan). Hati mertua pasti lega karena semua nabi itu bersuara sama baginya, tapi mungkin bagi menantu hal itu tidak mendatangkan kenyamanan di jiwanya yang telah melekat  padaTuhan. Dengan hati was-was Yosafat mengajak mertua bercengkerama sembari menunggu nabi Tuhan yang vocal itu.
            Ketika sang utusan bertemu Mikha, utusan mengintimidaasi nabi Tuhan yang vocal ini untuk menyampaikan pesan Tuhan sama dengan 400 nabi lainnya (18:12). Namun dengan tegas Mikha menolak permintaan utusan tersebut sekalipun harus menghadapi tentangan dari nabi-nabi itu . Mikha lebih taat pada suara Tuhan. Ia berkomitmen bahwa apa yang akan dikatakan Tuhan itulah yang akan disampaikan tanpa lebih atau kurang. Mungkin mereka berdebat. Tetapi Mikha nabi Tuhan itu kukuh dalam pendiriannya. Dengan berat hati utusan itu membawa Mikha menghadap raja.
            Tanpa basa-basi , sang mertua bertanya pada nabi Mikha, apakah diperbolehkan Tuhan mereka menyerang Ramot Gilead atau dibatalkan? Perhatian ayat 14. Nabi Mikha seolah-olah memberi jawab sama seperti 400 nabi lainnya. Tetapi nampaknya Mikha menyampaikannya tanpa keseriusan dan sedikit mengejek pada mertua Yosafat. Hal ini Nampak ketika mertua Yosafat merasa bahwa Mikha tidak menyampaikan suatu kebenaran. Maka Mikha sudah tidak tahan, iapun menyampaikan kebenaran yang dari Tuhan bahwa Israel akan tercerai berai seperti kambing domba tanpa gembala (16). Mertua sangat kecewa dan mengungkapkan itu pada menantu. Sebagai menantu yang santun, Yosafat tidak mencampuri urusan dalam negeri mertuanya. Ia hanya mendengar. Yosafat menjadi pendengar yang baik,ia terus mengikuti perkembangan suara nabi yang 400 itu dibanding 1 suara. Ternyata sang mertua mengambil keputusan yang tidak dapat dibantah siapapun.
            Mikha sang nabi vocal ditangkap, diasingkan dengan perawatan kesehatan yang minim(25). Sebagi menantu, Yosafat tidak mau ribut dengan mertua walaupun mungkin hal itu tidak membuat hatinya damai sejahtera. Sang mertua tetap mau maju perang dengan mengajak menantunya yang gagah. Namun kepicikan mertua kelihatan ketika menyuruh menantu tetap mengenakan pakaian kebesaran sbg raja sementara ia menyamar sbg pengemis. Sebagai pertimbangan jika raja yang yang diincar, maka yang mati duluan adalah menantunya. Yosafat nampaknya enggan menolak perintah mertuanya ini, walaupun mungkin dia tahu resiko yang akan dihadapinya, yaitu mempertaruhkan nyawanya sendiri. Demi cintanya pada istri, Sang menantu menurut perintah mertua.
            Tetapi Tuhan menggerakkan hati musuh untuk menyerang hanya raja Israel saja. Pasukan perang dari Ramot Gileadpun hanya mengincar raja Israel. Ketika Yosafat yang berpakaian kebesaran mulai diserang  (krn disangka raja Israel ), Yosafat berseru pada Tuhan. Tuhan menolong Yosafat, melindungi dan menyelamatkannya. Raja Israel yang asli yang menyamar jd pengemis akhirnya tetap terpanah dan mati dipeperangan yang tanpa ijin dari Allah tersebut. Mertua mati di medan perang karena ulahnya sendiri, menantu pulang dengan selamat ke Yehuda.

Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari kisah mertua dan menantu tersebut?

1.    Menjadi mertua atau menantu yang takut akan Tuhan . Jika selama ini kita belum memiliki hati yang takut akan Tuhan, kiranya kita bertobat. Belajar dari Yosafat yang memiliki hubungan yang intim/hubungan pribadi dengan Tuhan.
Ø  Orang yang tidak takut akan Tuhan tercermin dari perbuatannya yang mencari keuntungan diri sendiri walaupun mengorbankan pihak lain.
Ø  Tidak peduli dengan kebenaran.
Ø  Mencari sesuatu yang hanya menyenangkan hati atau mengenakkan telinga.
Ø  Orang yang takut Tuhanpun tercermin dari perbuatannya. Seperti Yosafat. Meskipun mertua tidak sepaham dengan dia namun Yosafat tetap santun pada mertua. Orang yang takut akan Tuhan memiliki sikap hati yang benar ; santun dalam bersikap 
2.    Miliki kebesaran hati untuk menerima teguran. Berani menerima teguran Tuhan yang keras sekalipun. Suara terbanyak belum tentu yang benar. Ketika kita percaya pada Tuhan Yesus, Roh Kudus berdiam di dalam diri kita. Roh Kudus yaitu Roh Kebenaran itulah yang memberi damai sejahtera apabila keputusan yang kita ambil itu berkenan kepada Tuhan. Krn dimana ada kebenaran, disitu ada damai sejahtera . Banyaklah membaca dan merenungkan Firman. Saat kita berada di situasi yang sulit, maka pikiran akan mendownload firman. Tp jk tidak pernah membaca dan merenungkan, maka pikiran kitapun akan mendownload pilihan yang salah/duniawi.
Jangan melawan Tuhan. Saat manusia melawan Tuhan, ketragisan hidup datang. Lebih baik kita belajar taat pada Tuhan daripada hidup kita hancur , baik di bumi sekarang atau di kekekalan yang akan datang. (YS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar