Laman

Selasa, 23 November 2010

Promosi PIN



Efesus 4:17-24
“Turutilah teladanku.” ( I Korintus 4:16)




“Extra incame 2-6 juta/bulan. Mau tahu? Tanya saya!” demikian kata-kata dalam sebuah Pin besar yang menempel dikaos depan seorang ibu yang sibuk memilih kepingan CD disamping saya. Ibu itu nampak sangat enjoy, meskipun banyak orang penasaran dengan kata-kata yang tertera di pin tersebut. Sayapun tertarik dengan kalimat itu. Saya pandangi ibu itu agak lama. Lalu ia tersenyum pada saya. Nampaknya ia tahu kalau saya tertarik, ia menunggu saya bertanya . Tapi waktu sangat mendesak, jadi saya urungkan niat untuk bertanya. Saya yakin jika saya bertanya pasti ibu akan menjelaskan panjang lebar bahkan jika dia seorang anggota MLM, maka pasti ia akan berusaha merekrut saya jadi down land-nya. Membayangkan itu saya jadi tersenyum sendiri dan merenunginya. Ibu tersebut pasti sudah berhasil dibidang yang ia tekuni sehingga ia mendapat extra incame yang cukup menggiurkan, ia ingin orang lain mengalami apa yang telah ia alami terlebih dahulu. Cara promosi yang bagus, mengalami baru mengajak .
Ketika kita memberikan diri pada pikiran yang sia-sia,pengertian yang gelap, hawa nafsu,keserakahan,bermacam kecemaran, maka itu adalah suatu kebodohan(ayat 18), perasaan yang tumpul . Saat kita menjauh dari Tuhan itu juga suatu kebinasaan. Itu sikap yang tidak mengenal Allah. Manusia lama. Tetapi di dalam Tuhan Yesus kita adalah manusia baru, ciptaan baru dengan pola pikir yang berbeda dan cara hidup yang baru pula. Didalam kasih karuniaNya , Roh Kudus memperbaharui roh dan pikiran kita. Tanpa kita memberikan diri untuk diperbaharui Roh Kudus, maka kita tak akan mengenakan manusia baru . Manusia lama akan menuai kebinasaan, tetapi manusia baru menerima kemuliaan. Cara hidup manusia baru kita akan dinilai oleh dunia. Rasul Paulus menasehatkan bahwa kita sebagai manusia baru hendaknya tidak hidup lagi dengan cara seperti orang yang tidak mengenal Allah. Kita telah belajar mengenal Tuhan kita, Jika kita telah mengenalNya, marilah mengikuti teladanNYA.
Bagaimana dengan hidup kita? PIN apa yang telah kita pasang? Apakah mereka penasaran dengan cara hidup kita yang membawa damai sejahtera? Sehingga mereka juga ingin mengalami kehidupan apa yang telah terlebih dahulu kita alami? Beranikah kita berkata ,”turutilah teladanku?” Sadar atau tidak, cara hidup kita dibaca orang-orang disekitar kita. Dan mereka memiliki penilaian tersendiri. Bukanlah hal yang mudah untuk menjadi teladan. Namun jika kita menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru dalam bimbingan Roh KudusNya, maka perlahan kita akan terus bertumbuh dalam kebenaran. Meskipun kita tidak mempromosikan diri, secara otomatis orang lain akan penasaran dan ingin merasakan sukacita sebagai anak Tuhan. Mari kita pasang PIN di hidup kita “ turutilah teladanku”. Selamat menjadi teladan di dalam Tuhan. (YR)

Teladan hidup berbicara lebih kuat daripada beribu kata

Selasa, 09 November 2010

Jangan ciptakan monster



Bacaan : Matius 6:25-34
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga , tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Filipi 4:6
Pdt.Tomy Barnett melukisakan keadaan yang sulit, kekuatiran, kecemasan,rasa benci, cemburu, dendam, kepahitan, dsb adalah seperti monster. Jika kita terus berpikir tentang keadaan yang sulit tersebut, dengan terus merasa kuatir, merasa cemas, terus dalam dendam, dalam kepahitan, merasa takut, berarti kita memberi makan pada monster itu. Seperti pada umumnya jika terus diberi makan maka monster itupun makin lama makin besar dan makin menakutkan hidup kita bahkan menghancurkan hidup kita.
Secara tidak sadar kita sering menciptakan monster-monster itu di hidup kita. Di masa-masa yang sukar ini memang ada banyak alasan untuk merasa cemas, merasa kuatir, merasa takut, merasa benci dan dendam jika diperlakukan tidak adil. Tetapi dengan kita terkurung dalam “rasa” itu ternyata tidak menyelesaikan masalah yang kita hadapi, sebaliknya malah membuat hati kita menciut, iman kita  menjadi lemah. Lebih berbahaya dengan kita terus bersikap demikian berarti kita meremehkan kuasa dan pemeliharaanNya atas hidup kita.  Dengan demikian juga menunjukkan kalau kita lupa bahwa Sumber Hidup kita adalah Sumber yang tak terbatas.
Tuhan adalah Pribadi yang dapat kita percayai dan kita andalkan. Dalam Filipi 4:6, dikatakan supaya kita menyerahkan segala kekuatiran kita kepadaNya dalam doa dan ucapan syukur. Itu akan menyingkirkan monster-monster dari hidup kita.  Hal itu bukan berarti kita hanya bertopang dagu dan pasrah pasif pada Tuhan. Namun, suatu penyerahan yang aktif, dimana apa yang menjadi tanggung jawab dan apa yang dapat kita lakukan, hendaknya kita kerjakan dengan baik.
Monster apa yang telah saudara pelihara? Kalahkan monster itu dengan mengangkat hatimu pada Tuhan, percayakan hidupmu pada Tuhan dan biarkan Tuhan berpekara. Mulailah  mencari kerajaan dan kebenaranNya  maka hidup kita ada dalam jaminanNya.



Jangan ciptakan monster  dalam hidupmu! Percayakan hidupmu dalam tanganNya.

Kamis, 26 Agustus 2010

Time Out


Ibrani 12 : 1-3

Time Out

“Tetapi orang-orang yang menantikan TUHAN mendapat kekuatan baru,…mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” Yesaya 40:31

Beberapa olahraga beregu menyediakan time out bagi pemainnya. Hal itu berguna untuk beristirahat sejenak, menilai strategi dan membuat perubahan yang diperlukan dalam memenangkan pertandingan diwaktu yang tersisa. Ternyata hal tersebut sangat berguna bagi para pemain juga bagi teamnya, karena itu memberi waktu untuk beristirahat sejenak dari tekanan pertandingan yang sedang berlangsung. Time out tidak merubah skor dan waktu tidak terhilang. Time out merupakan waktu untuk menyusun kekuatan dan strategi baru mengalahkan musuh. Time out sangat berarti untuk menentukan kekalahan atau kemenangan . Dalam waktu yang relative singkat tersebut, terdapat strategi untuk memperkuat kerjasama kelompok atau regu. Time out adalah senjata rahasia suatu kemenangan.

Dalam hidup kitapun banyak mengalami tekanan, tekanan dalam porsi yang ringan ataupun berat. Sadar atau tidak, hidup ini adalah suatu pertandingan iman yang wajib diikuti setiap anak Tuhan. Oleh sebab itu kita memerlukan time out ; waktu untuk istirahat, menilai strategi dan membuat perubahan yang diperlukan untuk memenangkan pertandingan disisa waktu yang kita miliki. Time out adalah ketika kita menyisihkan waktu, mengembangkan hubungan kita dengan Tuhan. Waktu yang terbebas dari segala kesibukan sehari-hari yang mengikat, memeriksa prioritas hidup, menilai kinerja dan membuat perubahan yang diperlukan dalam tugas-tugas yang Tuhan percayakan pada kita. Waktu rahasia kita bersama Tuhan, walaupun kita tetap dapat melibatkan Dia dalam setiap aktifitas hidup kita. Namun waktu bersama Tuhan itu sangatlah berarti untuk menentukan kekalahan atau kemenangan kita menghadapi kesulitan di laga pertandingan iman ini.

Saat kita merasa tak punya waktu untuk time out, saat kita merasa terlalu sibuk sehingga tidak ada waktu untuk berdoa, tidak ada waktu untuk membaca Firman Tuhan, tidak ada waktu untuk ke gereja,…sesungguhnya saat itulah kita membutuhkannya. Tuhan Yesus memberi teladan dalam waktu time outnya bersama Bapa di sorga. Setiap pagi DIA mengawali bersama Bapa. Waktu yang kita sisihkan untuk berdiam diri bersama Tuhan, tidak akan akan pernah terbuang sia-sia. Waktu itu selalu memberi makna, menambah kekuatan batin, mempererat jalinan, menerima petunjuk baru, pencerahan hidup sehingga kita akan menjadi lebih taft dalam mengikuti pertandingan yang diwajibkan ini. Sediakan waktu untuk time out bersama Tuhan. (YS)

Senin, 23 Agustus 2010

Digusarkan


Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan IA menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.” [Ibrani 12:6]



Harus diakui dengan jujur, bahwa kita menginginkan suatu kemapanan hidup. Keluarga yang mapan, rumah yang mapan,bisnis yang mapan, pelayanan yang mapan, dsb. Realitanya tidak ada sesuatupun yang pasti dalam dunia ini. Segala sesuatu dapat saja berubah sewaktu-waktu. Semua yang mapan menjadi berantakan. Keadaan hidup dalam dunia yang telah rusak oleh dosa adalah ketidak pastian, penderitaan serta kefanaan.

Kemapanan yang kita kejar sebenarnya situasi yang tidak aman bagi kita.Karena dengan segala sesuatu yang mapan, dengan mudah kita bisa melupakan Allah dan merasa tidak membutuhkanNya. Kita merasa semua baik, padahal jiwa kita terancam dengan kenyamanan di dunia yang bersifat sementara. Oleh sebab itu seperti seekor induk rajawali menggoyang bangkitkan isi sarangnya [Ulangan 32:11], Allah menggoyang bangkitkan ; menggusarkan kita dari segala kemapanan yang kita bangun supaya kita tumbuh menjadi anak-anak yang dewasa.

Semestinya penggusaran dari Allah menggiring kita mendekat kepadaNya , bukan membuat kita frustasi dan patah semangat dalam hidup. Pada mulanya Hana digusarkan dengan tidak mempunyai anak. Tetapi justru karena itu Hana semakin lekat dan bertekun dalam doa kepada allah [1 Samuel 1:9-13]. Jika semakin digusarkan,semakin kita lekat pada Allah, mencari Allah dengan hati yang hancur seperti Hana, maka kita akan tumbuh menjadi pribadi yang kokoh.

Setiap anak, kita didik juga kita disiplin supaya mereka pinter dan berpribadi tangguh dalam menjalani hidup mereka kelak. Allahpun menghajar dan menyesah kita supaya kita menjadi pribadi yang dewasa dan layak masuk dalam kerajaanNya.

Karena itu,jika saat ini banyak hal yang membuat kita gusar baik dalam keluarga,pekerjaan,karir,study,kesehatan,ekonomi dsb ; tetap kuatkan hati untuk mempercayai dia sebagai Bapa yang baik dan bijaksana. Penggusaran Allah membuat kita sadar bahwa tak boleh ada sesuatupun di dunia ini membuat kita aman dan mapan. Hanya Dia pegangan yang teguh dan yang pasti. Relakan hati untuk dididik pada jalan-jalanNya. Semakin besar penggusaranNya,semakin kokoh pribadi yang dihasilkan.Siap digusarkan? Berpegang teguhlah pada Tuhan supaya tidak jatuh pada hasilnya. [YR]

Kamis, 05 Agustus 2010

Layang-Layang 2

Yesaya 30: 15-17

“Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya letak kekuatanmu” (Yesaya 30:15)

Saya mengenang masa kecil bersama anak-anak dengan menaikkan layang-layang. Pada masa kecil dulu saya bisa dan senang menaikkan layang-layang. Layang-layang yang saya naikkan selalu saya beri ekor dengan warna yang mencolok supaya tidak diajak sangkutan dengan layang-layang lain. Perlahan kuulur benang makin lama makin panjang . Angin yang menerpa tidak menentu. Pada mulanya layang-layang tidak tenang, meliak-liuk kesana kemari diterpa angin. Makin lama kubiarkan layang-layang terus naik makin tinggi, kuulur benang sepanjang yang ada ditangan. Hingga akhirnya layang-layang diatas , tenang tidak meliak-liuk kesana kemari. Anak-anak berebut ingin memegang kendali benang. Layang-layang dengan tenang berada diatas .
Saudara , hidup adalah serangkaian persoalan . Apabila persoalan satu selesai maka akan datang yang lain. Kerapkali dalam menyelesaikan persoalan itu mata kita terarah pada manusia yang nampaknya dapat kita andalkan. Acapkali pula kita mengandalkan logika. Kita berusaha mencari pihak-pihak yang padanya kita minta tolong. Namun Firman Tuhan dalam Yesaya 30 ini mengungkapkan kemarahan Tuhan pada umat pilihanNya yang mengandalkan bangsa lain untuk menolongnya. Itu adalah tempat-tempat yang ‘rendah’, tempat yang tidak memberi ketenangan, suatu tempat yang tidak disukai Tuhan. Ditempat rendah inilah sebagian besar orang menjalani hidup, yaitu mengandalkan kemampuan diri sendiri.
Ada satu tempat yang memberikan ketenangan yaitu tempat yang tinggi. Dimana disana ada kekuatan dan ketenangan yaitu di dalam Tuhan. Tuhan menyuarakan agar kita bertobat dari mengandalkan pihak lain, dari mengandalkan logika dan kekuatan sendiri. Kita harus berani percaya kepada Tuhan dengan sepenuh hati karena disitulah letak kekuatan kita. Seperti layang-layang yang tenang ketika berada ditempat yang tinggi, demikian juga jiwa kita akan tenang apabila kita berada bersama Tuhan, berdiam diri menantikan pertolonganNya. Tuhanlah sumber ketenangan dan kekuatan. (YS)

Doa : Tuhan, kami naik ke tempatMu . Ampuni kami yang mengandalkan kekuatan dan
mengandalkan orang lain dalam hidup kami. Kami mempercayaiMu dengan segenap
hati.

Rabu, 04 Agustus 2010

Layang-Layang 1



Yakobus 4:13-17

“Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugrahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.” (I Koriontus 15:10).

Dengan bangga putraku menaikkan layang-layang. Dari wajahnya yang penuh tawa girang, nampak ia sangat senang dan merasa berhasil telah menaikkan layang-layang itu. Padahal layang-layang itu bisa naik semata-mata karena adanya tiupan angin besar yang membawa kertas tipis yang menempel pada lidi berbentuk bebek itu bisa diatas. Dipinggir pantai itu ia berlari kesana kemari sambil mengulur benang . Sejenak ia menikmati layang-layang meliak-liuk diudara. Ketika angin mulai mereda, layang-layang itu mulai turun ke bawah. Putraku berusaha menari-narik benang supaya layang-layang naik lagi, tetapi usahanya sia-sia.
Saudara, seringkali kita merasa bahwa apa kita capai atau kita miliki semata-mata karena usaha keras . Sering kita menyusun berbagai rencana, menyusun strategi untuk mencapai semua itu. Setelah semua tercapai, kita merasa bangga seolah-olah semua itu semata-mata hasil kekuatan kita. Apalagi kalau kita merasa kita berpotensi untuk meraih sesuatu, kita menjadi begitu bersemangat serta menganggap kita pantas mendapatkannya. Apakah salah menyusun rencana? Memiliki mimpi dalam hidup? Berjuang keras? Tidak. Yang menjadi persoalan, sering kita melupakan Tuhan. Kita tidak melibatkan Dia karena mungkin kita menganggap Tuhan diperlukan hanya di hal-hal rohani saja. Padahal diseluruh kehidupan kita, Tuhan mau kita libatkan. Betapa Tuhan rindu kita selalu menghadirkanNya dalam hidup kita sehari-hari. Diseluruh mimpi, rencana, visi dan misi hidup kita. Betapa sia-sianya hidup ini tanpa campur tangan Tuhan.
Mungkin situasi hidup kita bisa ‘diatas’. Namun jika hanya mengandalkan kekuatan sendiri, dapat bertahan berapa lama? Seberapa kuat dapat menahan angin dan badai kehidupan? Menyadari bahwa hidup kita hanya kasih karunia Tuhan merupakan akar dari kerendahan hati . Oleh sebab itu , mari kita libatkan Tuhan dalam hidup kita sehari-hari. Mari kita nyatakan, bahwa hidup kita sebagaimana kita ada sekarang hanyalah kasih karuniaNYA. Amin. (YS)

Doa : Bapa, ajarkan kami menyadari bahwa hidup kami adalah kasih karuniaMU sehingga kami tidak akan mengandalkan kekuatan kami sendiri.

Senin, 02 Agustus 2010

Kisah Menantu dan Mertua



·        2 Tawarikh 18:1-34   

Kisah Yosafat dengan sang mertua disini sangat seru dan menegangkan. Yosafat mempunyai mertua yang tidak takut akan Tuhan yaitu Ahab, raja Israel. Suatu hari Yosafat berkunjung pada mertua. Lalu mertua mengajak menantu pergi perang bersama melawan Ramot Gilead. Sebagai menantu yang baik, Yosafat tidak ingin mengecewakan  mertua. Namun Yosafat mengajak mertua menanyakan hal itu pada Tuhan. Sang mertuapun mengumpulkan 400 nabi. Ketika Raja  Ahab alias mertua Yosafat bertanya pada nabi-nabi itu apakah diperbolehkan Tuhan mereka menyerang Ramot  Gilead,nabi-nabi itu serempak menjawab,”Majulah! Allah akan menyerahkannya ke dalam tanganmu. Bayangkan saja 400 nabi memiliki satu suara! Seolah tak ada yang perlu diragukan lagi. Tidak perlu voting lagi. Semua satu suara! Satu pendapat! Suatu pendapat yang sangat kuat. Betapa riuhnya suasana pada saat itu. Secara manusia/logika, hal itu sangat mendukung untuk melakukan perang. Akan tetapi apa yang dilakukan Yosafat,seorang menantu yang memiliki keintiman pribadi dengan Tuhan (2 Taw 17:6)? Yosafat tidak merasa damai sejahtera dengan 400 nabi dengan satu suara itu. Ia masih mendesak pada mertua, adakah nabi yang lain? Mertua (mungkin dengan enggan) menjawab, masih ada satu lagi. Tapi sang mertua sebagai raja ini membenci nabi yang satu ini, karena selalu menubuat tentang hal buruk pada raja. Masuk akal sekali apabila kita tidak suka atau membenci pada orang yang tidak sepihak pada kita sebagai pemimpin, yang selalu mengkritik, mencela program atau cara kerja kita. Yosafat, sang menantu membujuk mertua untuk memanggil yang satu ini. Kayaknya Yosafat tergerak untuk memunculkan yang satu ini. Nabi yang satu dan vocal ini adalah Mikha. Lalu mertua menyuruh utusan menjemput Mikha. Saat mertua dan menantu menunggu inilah, ada 1 nabi (pemimpin nabi-nabi) berusaha menyakinkan sang raja Israel bahwa bangsa itu mendapat restu dari Tuhan untuk berperang, bahkan nabi Zedekia memberikan peragaan untuk menyakinkan dengan menggunakan alat peraga tanduk-tanduk besi. Semua nabi bernubuat sama (pasti sangat riuh redan). Hati mertua pasti lega karena semua nabi itu bersuara sama baginya, tapi mungkin bagi menantu hal itu tidak mendatangkan kenyamanan di jiwanya yang telah melekat  padaTuhan. Dengan hati was-was Yosafat mengajak mertua bercengkerama sembari menunggu nabi Tuhan yang vocal itu.
            Ketika sang utusan bertemu Mikha, utusan mengintimidaasi nabi Tuhan yang vocal ini untuk menyampaikan pesan Tuhan sama dengan 400 nabi lainnya (18:12). Namun dengan tegas Mikha menolak permintaan utusan tersebut sekalipun harus menghadapi tentangan dari nabi-nabi itu . Mikha lebih taat pada suara Tuhan. Ia berkomitmen bahwa apa yang akan dikatakan Tuhan itulah yang akan disampaikan tanpa lebih atau kurang. Mungkin mereka berdebat. Tetapi Mikha nabi Tuhan itu kukuh dalam pendiriannya. Dengan berat hati utusan itu membawa Mikha menghadap raja.
            Tanpa basa-basi , sang mertua bertanya pada nabi Mikha, apakah diperbolehkan Tuhan mereka menyerang Ramot Gilead atau dibatalkan? Perhatian ayat 14. Nabi Mikha seolah-olah memberi jawab sama seperti 400 nabi lainnya. Tetapi nampaknya Mikha menyampaikannya tanpa keseriusan dan sedikit mengejek pada mertua Yosafat. Hal ini Nampak ketika mertua Yosafat merasa bahwa Mikha tidak menyampaikan suatu kebenaran. Maka Mikha sudah tidak tahan, iapun menyampaikan kebenaran yang dari Tuhan bahwa Israel akan tercerai berai seperti kambing domba tanpa gembala (16). Mertua sangat kecewa dan mengungkapkan itu pada menantu. Sebagai menantu yang santun, Yosafat tidak mencampuri urusan dalam negeri mertuanya. Ia hanya mendengar. Yosafat menjadi pendengar yang baik,ia terus mengikuti perkembangan suara nabi yang 400 itu dibanding 1 suara. Ternyata sang mertua mengambil keputusan yang tidak dapat dibantah siapapun.
            Mikha sang nabi vocal ditangkap, diasingkan dengan perawatan kesehatan yang minim(25). Sebagi menantu, Yosafat tidak mau ribut dengan mertua walaupun mungkin hal itu tidak membuat hatinya damai sejahtera. Sang mertua tetap mau maju perang dengan mengajak menantunya yang gagah. Namun kepicikan mertua kelihatan ketika menyuruh menantu tetap mengenakan pakaian kebesaran sbg raja sementara ia menyamar sbg pengemis. Sebagai pertimbangan jika raja yang yang diincar, maka yang mati duluan adalah menantunya. Yosafat nampaknya enggan menolak perintah mertuanya ini, walaupun mungkin dia tahu resiko yang akan dihadapinya, yaitu mempertaruhkan nyawanya sendiri. Demi cintanya pada istri, Sang menantu menurut perintah mertua.
            Tetapi Tuhan menggerakkan hati musuh untuk menyerang hanya raja Israel saja. Pasukan perang dari Ramot Gileadpun hanya mengincar raja Israel. Ketika Yosafat yang berpakaian kebesaran mulai diserang  (krn disangka raja Israel ), Yosafat berseru pada Tuhan. Tuhan menolong Yosafat, melindungi dan menyelamatkannya. Raja Israel yang asli yang menyamar jd pengemis akhirnya tetap terpanah dan mati dipeperangan yang tanpa ijin dari Allah tersebut. Mertua mati di medan perang karena ulahnya sendiri, menantu pulang dengan selamat ke Yehuda.

Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari kisah mertua dan menantu tersebut?

1.    Menjadi mertua atau menantu yang takut akan Tuhan . Jika selama ini kita belum memiliki hati yang takut akan Tuhan, kiranya kita bertobat. Belajar dari Yosafat yang memiliki hubungan yang intim/hubungan pribadi dengan Tuhan.
Ø  Orang yang tidak takut akan Tuhan tercermin dari perbuatannya yang mencari keuntungan diri sendiri walaupun mengorbankan pihak lain.
Ø  Tidak peduli dengan kebenaran.
Ø  Mencari sesuatu yang hanya menyenangkan hati atau mengenakkan telinga.
Ø  Orang yang takut Tuhanpun tercermin dari perbuatannya. Seperti Yosafat. Meskipun mertua tidak sepaham dengan dia namun Yosafat tetap santun pada mertua. Orang yang takut akan Tuhan memiliki sikap hati yang benar ; santun dalam bersikap 
2.    Miliki kebesaran hati untuk menerima teguran. Berani menerima teguran Tuhan yang keras sekalipun. Suara terbanyak belum tentu yang benar. Ketika kita percaya pada Tuhan Yesus, Roh Kudus berdiam di dalam diri kita. Roh Kudus yaitu Roh Kebenaran itulah yang memberi damai sejahtera apabila keputusan yang kita ambil itu berkenan kepada Tuhan. Krn dimana ada kebenaran, disitu ada damai sejahtera . Banyaklah membaca dan merenungkan Firman. Saat kita berada di situasi yang sulit, maka pikiran akan mendownload firman. Tp jk tidak pernah membaca dan merenungkan, maka pikiran kitapun akan mendownload pilihan yang salah/duniawi.
Jangan melawan Tuhan. Saat manusia melawan Tuhan, ketragisan hidup datang. Lebih baik kita belajar taat pada Tuhan daripada hidup kita hancur , baik di bumi sekarang atau di kekekalan yang akan datang. (YS)

Minggu, 25 Juli 2010

MENABUR



            “Ibu sih gampang ngomong mengucap syukur. Lha wong keadaan ibu enak! Bagaimana nggak gampang mengucap syukur?” Demikian kata seorang ibu  ketika saya mengingatkannya untuk mengucap syukur dalam kesukaran hidup yang  ia hadapi.  Saya tersenyum mendengar “tuduhan” ibu itu. Tidak ada gunanya saya meneruskan percakapan karena dia memiliki persepsi yang salah terhadap saya.  Ibu tersebut mengira bahwa saya tidak pernah hidup susah, atau mengalami apa yang namanya kekurangan.  Ingatan saya spontan menyusuri lorong waktu yang pernah saya, atau tepatnya keluarga kami alami. Ketika suami saya menganggur, ketika anak saya terus meminta susu, saat ditagih rekening listrik, waktu ditagih cicilan rumah, saat beras kami di penyimpanan sudah habis samasekali , dsb sementara kami tidak punya uang. Waktu itu suami sudah berusaha mencari pekerjaan kesana kemari. Saya bekerja di sekretariat  gereja kecil, gaji saya tidak mampu mencukupi kebutuhan kami.  Keadaan ekonomi yang cukup berat bagi kami.  Terkadang kami merasa nyaris tak kuat, nyaris lemah, nyaris putus asa. ,Dalam kesemuanya itu kami terus berdoa  bersama. Suami terus berusaha melamar pekerjaan .  Terkadang kami merasa begitu payah , namun kami tetap berdoa bersama walau belum ada tanda-tanda Tuhan memberi jawaban. Saya belajar untuk memperkatakan Firman Tuhan tentang pemeliharaan Tuhan, tentang Tuhan sebagai Gembala yang baik, tentang janji-janji Tuhan. Jika ketika berdoa saya mengantuk, maka saya mulai berjalan kesana- kemari sambil mulut komat-kamit berdoa. Saya memuji Tuhan.  Apapun saya lakukan supaya iman ini jangan menjadi  lemah . Puji Tuhan,…sekarang kami menuai apa yang kami tabur. Enakkkkk……….sekali.
Saudara………..apa yang kita tabur kita tuai. Jika kita mendengar kata tabur, kebanyakan kita akan berpikir tentang memberi uang. Padahal  kita bisa menabur iman, menabur kebaikan, menabur kasih, menabur Firman dsb. Pada masa- masa kekeringan kami menabur Firman Tuhan, menabur iman. Ketika kami tidak menjadi lelah, Tuhan memberi kami kesempatan untuk menuai apa yang pernah kami tabur. Kami mengerti artinya kekurangan Jadi masalah mengucap syukur pada saat yang sukar kami mengalaminya, tapi kami tetap melakukannya dengan hati yang tulus.  
Ketika kesukaran itu menghampiri hidup kita, apa yang kita tabur? Keluhan? Caci maki? Sungutan yang panjang? Gerutuan yang tak berakhir? Atau kita menabur janji-janji Tuhan? Menabur tindakan iman? Menabur pujian bagi Tuhan? Menabur doa yang disertai tetesan air mata? Semua tergantung dari kita. Setiap orang akan melalui masa-masa yang sukar, seolah-olah di padang gurun yang gersang, panas, terik dan menyakitkan. Apa yang akan  kita tabur? Di area berikutnya Anda akan menuainya. Jika keluh kesah, sungutan atau caci maki yang ditabur, maka diarea yang berikutnya tidak jauh berbeda, tetap gersang dan  menyakitan. Tetapi apabila ucapan syukur yang ditabur, janji-janji Tuhan, doa-doa yang tulus, puji-pujian pada Tuhan, maka diarea berikutnya kita akan menuai buah-buah yang segar.  Karena Tuhan sanggup mengubah padang belantara menjadi taman yang indah Wuih….asyik banget kan?.....
Oleh sebab itu , mari ketika persoalan hidup menghampiri kita, kita menenangkan diri. Menyiapkan benih-benih yang berguna , benih-benih yang menghasilkan sesuatu yang baik untuk hidup kita secara pribadi juga untuk orang-orang yang kita kasihi. Jangan biarkan benih yang tidak berguna terbawa untuk ditabur. Supaya kita tidak menyesal melihat hasilnya dimasa yang akan datang. Tetapi jika Anda telah terlanjur menabur benih yang buruk, cabutlah di dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Lalu isi dengan benih yang baik.  Oke…
Mulai hari ini taburlah benih yang baik dalam hidup kita, dalam hisup anak-anak kita, dalam hidup pasangan hidup kita, dalam ladang pelayanan kita, dalam ruang kerja kita.  Pokoknya, dimana ada kesempatan menabur,.. mari kita tabur benih yang baik. Selamat menabur………..