Laman

Minggu, 25 Juli 2010

MENABUR



            “Ibu sih gampang ngomong mengucap syukur. Lha wong keadaan ibu enak! Bagaimana nggak gampang mengucap syukur?” Demikian kata seorang ibu  ketika saya mengingatkannya untuk mengucap syukur dalam kesukaran hidup yang  ia hadapi.  Saya tersenyum mendengar “tuduhan” ibu itu. Tidak ada gunanya saya meneruskan percakapan karena dia memiliki persepsi yang salah terhadap saya.  Ibu tersebut mengira bahwa saya tidak pernah hidup susah, atau mengalami apa yang namanya kekurangan.  Ingatan saya spontan menyusuri lorong waktu yang pernah saya, atau tepatnya keluarga kami alami. Ketika suami saya menganggur, ketika anak saya terus meminta susu, saat ditagih rekening listrik, waktu ditagih cicilan rumah, saat beras kami di penyimpanan sudah habis samasekali , dsb sementara kami tidak punya uang. Waktu itu suami sudah berusaha mencari pekerjaan kesana kemari. Saya bekerja di sekretariat  gereja kecil, gaji saya tidak mampu mencukupi kebutuhan kami.  Keadaan ekonomi yang cukup berat bagi kami.  Terkadang kami merasa nyaris tak kuat, nyaris lemah, nyaris putus asa. ,Dalam kesemuanya itu kami terus berdoa  bersama. Suami terus berusaha melamar pekerjaan .  Terkadang kami merasa begitu payah , namun kami tetap berdoa bersama walau belum ada tanda-tanda Tuhan memberi jawaban. Saya belajar untuk memperkatakan Firman Tuhan tentang pemeliharaan Tuhan, tentang Tuhan sebagai Gembala yang baik, tentang janji-janji Tuhan. Jika ketika berdoa saya mengantuk, maka saya mulai berjalan kesana- kemari sambil mulut komat-kamit berdoa. Saya memuji Tuhan.  Apapun saya lakukan supaya iman ini jangan menjadi  lemah . Puji Tuhan,…sekarang kami menuai apa yang kami tabur. Enakkkkk……….sekali.
Saudara………..apa yang kita tabur kita tuai. Jika kita mendengar kata tabur, kebanyakan kita akan berpikir tentang memberi uang. Padahal  kita bisa menabur iman, menabur kebaikan, menabur kasih, menabur Firman dsb. Pada masa- masa kekeringan kami menabur Firman Tuhan, menabur iman. Ketika kami tidak menjadi lelah, Tuhan memberi kami kesempatan untuk menuai apa yang pernah kami tabur. Kami mengerti artinya kekurangan Jadi masalah mengucap syukur pada saat yang sukar kami mengalaminya, tapi kami tetap melakukannya dengan hati yang tulus.  
Ketika kesukaran itu menghampiri hidup kita, apa yang kita tabur? Keluhan? Caci maki? Sungutan yang panjang? Gerutuan yang tak berakhir? Atau kita menabur janji-janji Tuhan? Menabur tindakan iman? Menabur pujian bagi Tuhan? Menabur doa yang disertai tetesan air mata? Semua tergantung dari kita. Setiap orang akan melalui masa-masa yang sukar, seolah-olah di padang gurun yang gersang, panas, terik dan menyakitkan. Apa yang akan  kita tabur? Di area berikutnya Anda akan menuainya. Jika keluh kesah, sungutan atau caci maki yang ditabur, maka diarea yang berikutnya tidak jauh berbeda, tetap gersang dan  menyakitan. Tetapi apabila ucapan syukur yang ditabur, janji-janji Tuhan, doa-doa yang tulus, puji-pujian pada Tuhan, maka diarea berikutnya kita akan menuai buah-buah yang segar.  Karena Tuhan sanggup mengubah padang belantara menjadi taman yang indah Wuih….asyik banget kan?.....
Oleh sebab itu , mari ketika persoalan hidup menghampiri kita, kita menenangkan diri. Menyiapkan benih-benih yang berguna , benih-benih yang menghasilkan sesuatu yang baik untuk hidup kita secara pribadi juga untuk orang-orang yang kita kasihi. Jangan biarkan benih yang tidak berguna terbawa untuk ditabur. Supaya kita tidak menyesal melihat hasilnya dimasa yang akan datang. Tetapi jika Anda telah terlanjur menabur benih yang buruk, cabutlah di dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Lalu isi dengan benih yang baik.  Oke…
Mulai hari ini taburlah benih yang baik dalam hidup kita, dalam hisup anak-anak kita, dalam hidup pasangan hidup kita, dalam ladang pelayanan kita, dalam ruang kerja kita.  Pokoknya, dimana ada kesempatan menabur,.. mari kita tabur benih yang baik. Selamat menabur………..