Laman

Kamis, 05 Agustus 2010

Layang-Layang 2

Yesaya 30: 15-17

“Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya letak kekuatanmu” (Yesaya 30:15)

Saya mengenang masa kecil bersama anak-anak dengan menaikkan layang-layang. Pada masa kecil dulu saya bisa dan senang menaikkan layang-layang. Layang-layang yang saya naikkan selalu saya beri ekor dengan warna yang mencolok supaya tidak diajak sangkutan dengan layang-layang lain. Perlahan kuulur benang makin lama makin panjang . Angin yang menerpa tidak menentu. Pada mulanya layang-layang tidak tenang, meliak-liuk kesana kemari diterpa angin. Makin lama kubiarkan layang-layang terus naik makin tinggi, kuulur benang sepanjang yang ada ditangan. Hingga akhirnya layang-layang diatas , tenang tidak meliak-liuk kesana kemari. Anak-anak berebut ingin memegang kendali benang. Layang-layang dengan tenang berada diatas .
Saudara , hidup adalah serangkaian persoalan . Apabila persoalan satu selesai maka akan datang yang lain. Kerapkali dalam menyelesaikan persoalan itu mata kita terarah pada manusia yang nampaknya dapat kita andalkan. Acapkali pula kita mengandalkan logika. Kita berusaha mencari pihak-pihak yang padanya kita minta tolong. Namun Firman Tuhan dalam Yesaya 30 ini mengungkapkan kemarahan Tuhan pada umat pilihanNya yang mengandalkan bangsa lain untuk menolongnya. Itu adalah tempat-tempat yang ‘rendah’, tempat yang tidak memberi ketenangan, suatu tempat yang tidak disukai Tuhan. Ditempat rendah inilah sebagian besar orang menjalani hidup, yaitu mengandalkan kemampuan diri sendiri.
Ada satu tempat yang memberikan ketenangan yaitu tempat yang tinggi. Dimana disana ada kekuatan dan ketenangan yaitu di dalam Tuhan. Tuhan menyuarakan agar kita bertobat dari mengandalkan pihak lain, dari mengandalkan logika dan kekuatan sendiri. Kita harus berani percaya kepada Tuhan dengan sepenuh hati karena disitulah letak kekuatan kita. Seperti layang-layang yang tenang ketika berada ditempat yang tinggi, demikian juga jiwa kita akan tenang apabila kita berada bersama Tuhan, berdiam diri menantikan pertolonganNya. Tuhanlah sumber ketenangan dan kekuatan. (YS)

Doa : Tuhan, kami naik ke tempatMu . Ampuni kami yang mengandalkan kekuatan dan
mengandalkan orang lain dalam hidup kami. Kami mempercayaiMu dengan segenap
hati.

Rabu, 04 Agustus 2010

Layang-Layang 1



Yakobus 4:13-17

“Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugrahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.” (I Koriontus 15:10).

Dengan bangga putraku menaikkan layang-layang. Dari wajahnya yang penuh tawa girang, nampak ia sangat senang dan merasa berhasil telah menaikkan layang-layang itu. Padahal layang-layang itu bisa naik semata-mata karena adanya tiupan angin besar yang membawa kertas tipis yang menempel pada lidi berbentuk bebek itu bisa diatas. Dipinggir pantai itu ia berlari kesana kemari sambil mengulur benang . Sejenak ia menikmati layang-layang meliak-liuk diudara. Ketika angin mulai mereda, layang-layang itu mulai turun ke bawah. Putraku berusaha menari-narik benang supaya layang-layang naik lagi, tetapi usahanya sia-sia.
Saudara, seringkali kita merasa bahwa apa kita capai atau kita miliki semata-mata karena usaha keras . Sering kita menyusun berbagai rencana, menyusun strategi untuk mencapai semua itu. Setelah semua tercapai, kita merasa bangga seolah-olah semua itu semata-mata hasil kekuatan kita. Apalagi kalau kita merasa kita berpotensi untuk meraih sesuatu, kita menjadi begitu bersemangat serta menganggap kita pantas mendapatkannya. Apakah salah menyusun rencana? Memiliki mimpi dalam hidup? Berjuang keras? Tidak. Yang menjadi persoalan, sering kita melupakan Tuhan. Kita tidak melibatkan Dia karena mungkin kita menganggap Tuhan diperlukan hanya di hal-hal rohani saja. Padahal diseluruh kehidupan kita, Tuhan mau kita libatkan. Betapa Tuhan rindu kita selalu menghadirkanNya dalam hidup kita sehari-hari. Diseluruh mimpi, rencana, visi dan misi hidup kita. Betapa sia-sianya hidup ini tanpa campur tangan Tuhan.
Mungkin situasi hidup kita bisa ‘diatas’. Namun jika hanya mengandalkan kekuatan sendiri, dapat bertahan berapa lama? Seberapa kuat dapat menahan angin dan badai kehidupan? Menyadari bahwa hidup kita hanya kasih karunia Tuhan merupakan akar dari kerendahan hati . Oleh sebab itu , mari kita libatkan Tuhan dalam hidup kita sehari-hari. Mari kita nyatakan, bahwa hidup kita sebagaimana kita ada sekarang hanyalah kasih karuniaNYA. Amin. (YS)

Doa : Bapa, ajarkan kami menyadari bahwa hidup kami adalah kasih karuniaMU sehingga kami tidak akan mengandalkan kekuatan kami sendiri.

Senin, 02 Agustus 2010

Kisah Menantu dan Mertua



·        2 Tawarikh 18:1-34   

Kisah Yosafat dengan sang mertua disini sangat seru dan menegangkan. Yosafat mempunyai mertua yang tidak takut akan Tuhan yaitu Ahab, raja Israel. Suatu hari Yosafat berkunjung pada mertua. Lalu mertua mengajak menantu pergi perang bersama melawan Ramot Gilead. Sebagai menantu yang baik, Yosafat tidak ingin mengecewakan  mertua. Namun Yosafat mengajak mertua menanyakan hal itu pada Tuhan. Sang mertuapun mengumpulkan 400 nabi. Ketika Raja  Ahab alias mertua Yosafat bertanya pada nabi-nabi itu apakah diperbolehkan Tuhan mereka menyerang Ramot  Gilead,nabi-nabi itu serempak menjawab,”Majulah! Allah akan menyerahkannya ke dalam tanganmu. Bayangkan saja 400 nabi memiliki satu suara! Seolah tak ada yang perlu diragukan lagi. Tidak perlu voting lagi. Semua satu suara! Satu pendapat! Suatu pendapat yang sangat kuat. Betapa riuhnya suasana pada saat itu. Secara manusia/logika, hal itu sangat mendukung untuk melakukan perang. Akan tetapi apa yang dilakukan Yosafat,seorang menantu yang memiliki keintiman pribadi dengan Tuhan (2 Taw 17:6)? Yosafat tidak merasa damai sejahtera dengan 400 nabi dengan satu suara itu. Ia masih mendesak pada mertua, adakah nabi yang lain? Mertua (mungkin dengan enggan) menjawab, masih ada satu lagi. Tapi sang mertua sebagai raja ini membenci nabi yang satu ini, karena selalu menubuat tentang hal buruk pada raja. Masuk akal sekali apabila kita tidak suka atau membenci pada orang yang tidak sepihak pada kita sebagai pemimpin, yang selalu mengkritik, mencela program atau cara kerja kita. Yosafat, sang menantu membujuk mertua untuk memanggil yang satu ini. Kayaknya Yosafat tergerak untuk memunculkan yang satu ini. Nabi yang satu dan vocal ini adalah Mikha. Lalu mertua menyuruh utusan menjemput Mikha. Saat mertua dan menantu menunggu inilah, ada 1 nabi (pemimpin nabi-nabi) berusaha menyakinkan sang raja Israel bahwa bangsa itu mendapat restu dari Tuhan untuk berperang, bahkan nabi Zedekia memberikan peragaan untuk menyakinkan dengan menggunakan alat peraga tanduk-tanduk besi. Semua nabi bernubuat sama (pasti sangat riuh redan). Hati mertua pasti lega karena semua nabi itu bersuara sama baginya, tapi mungkin bagi menantu hal itu tidak mendatangkan kenyamanan di jiwanya yang telah melekat  padaTuhan. Dengan hati was-was Yosafat mengajak mertua bercengkerama sembari menunggu nabi Tuhan yang vocal itu.
            Ketika sang utusan bertemu Mikha, utusan mengintimidaasi nabi Tuhan yang vocal ini untuk menyampaikan pesan Tuhan sama dengan 400 nabi lainnya (18:12). Namun dengan tegas Mikha menolak permintaan utusan tersebut sekalipun harus menghadapi tentangan dari nabi-nabi itu . Mikha lebih taat pada suara Tuhan. Ia berkomitmen bahwa apa yang akan dikatakan Tuhan itulah yang akan disampaikan tanpa lebih atau kurang. Mungkin mereka berdebat. Tetapi Mikha nabi Tuhan itu kukuh dalam pendiriannya. Dengan berat hati utusan itu membawa Mikha menghadap raja.
            Tanpa basa-basi , sang mertua bertanya pada nabi Mikha, apakah diperbolehkan Tuhan mereka menyerang Ramot Gilead atau dibatalkan? Perhatian ayat 14. Nabi Mikha seolah-olah memberi jawab sama seperti 400 nabi lainnya. Tetapi nampaknya Mikha menyampaikannya tanpa keseriusan dan sedikit mengejek pada mertua Yosafat. Hal ini Nampak ketika mertua Yosafat merasa bahwa Mikha tidak menyampaikan suatu kebenaran. Maka Mikha sudah tidak tahan, iapun menyampaikan kebenaran yang dari Tuhan bahwa Israel akan tercerai berai seperti kambing domba tanpa gembala (16). Mertua sangat kecewa dan mengungkapkan itu pada menantu. Sebagai menantu yang santun, Yosafat tidak mencampuri urusan dalam negeri mertuanya. Ia hanya mendengar. Yosafat menjadi pendengar yang baik,ia terus mengikuti perkembangan suara nabi yang 400 itu dibanding 1 suara. Ternyata sang mertua mengambil keputusan yang tidak dapat dibantah siapapun.
            Mikha sang nabi vocal ditangkap, diasingkan dengan perawatan kesehatan yang minim(25). Sebagi menantu, Yosafat tidak mau ribut dengan mertua walaupun mungkin hal itu tidak membuat hatinya damai sejahtera. Sang mertua tetap mau maju perang dengan mengajak menantunya yang gagah. Namun kepicikan mertua kelihatan ketika menyuruh menantu tetap mengenakan pakaian kebesaran sbg raja sementara ia menyamar sbg pengemis. Sebagai pertimbangan jika raja yang yang diincar, maka yang mati duluan adalah menantunya. Yosafat nampaknya enggan menolak perintah mertuanya ini, walaupun mungkin dia tahu resiko yang akan dihadapinya, yaitu mempertaruhkan nyawanya sendiri. Demi cintanya pada istri, Sang menantu menurut perintah mertua.
            Tetapi Tuhan menggerakkan hati musuh untuk menyerang hanya raja Israel saja. Pasukan perang dari Ramot Gileadpun hanya mengincar raja Israel. Ketika Yosafat yang berpakaian kebesaran mulai diserang  (krn disangka raja Israel ), Yosafat berseru pada Tuhan. Tuhan menolong Yosafat, melindungi dan menyelamatkannya. Raja Israel yang asli yang menyamar jd pengemis akhirnya tetap terpanah dan mati dipeperangan yang tanpa ijin dari Allah tersebut. Mertua mati di medan perang karena ulahnya sendiri, menantu pulang dengan selamat ke Yehuda.

Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari kisah mertua dan menantu tersebut?

1.    Menjadi mertua atau menantu yang takut akan Tuhan . Jika selama ini kita belum memiliki hati yang takut akan Tuhan, kiranya kita bertobat. Belajar dari Yosafat yang memiliki hubungan yang intim/hubungan pribadi dengan Tuhan.
Ø  Orang yang tidak takut akan Tuhan tercermin dari perbuatannya yang mencari keuntungan diri sendiri walaupun mengorbankan pihak lain.
Ø  Tidak peduli dengan kebenaran.
Ø  Mencari sesuatu yang hanya menyenangkan hati atau mengenakkan telinga.
Ø  Orang yang takut Tuhanpun tercermin dari perbuatannya. Seperti Yosafat. Meskipun mertua tidak sepaham dengan dia namun Yosafat tetap santun pada mertua. Orang yang takut akan Tuhan memiliki sikap hati yang benar ; santun dalam bersikap 
2.    Miliki kebesaran hati untuk menerima teguran. Berani menerima teguran Tuhan yang keras sekalipun. Suara terbanyak belum tentu yang benar. Ketika kita percaya pada Tuhan Yesus, Roh Kudus berdiam di dalam diri kita. Roh Kudus yaitu Roh Kebenaran itulah yang memberi damai sejahtera apabila keputusan yang kita ambil itu berkenan kepada Tuhan. Krn dimana ada kebenaran, disitu ada damai sejahtera . Banyaklah membaca dan merenungkan Firman. Saat kita berada di situasi yang sulit, maka pikiran akan mendownload firman. Tp jk tidak pernah membaca dan merenungkan, maka pikiran kitapun akan mendownload pilihan yang salah/duniawi.
Jangan melawan Tuhan. Saat manusia melawan Tuhan, ketragisan hidup datang. Lebih baik kita belajar taat pada Tuhan daripada hidup kita hancur , baik di bumi sekarang atau di kekekalan yang akan datang. (YS)