Laman

Minggu, 18 Juli 2010

Lupa bawa Kolekte...............



Sore itu dalam suatu persekutuan oikoumene saya duduk disamping seorang tante yang sudah cukup berumur. Tante ini termasuk anggota oikoumene yang setia.  Menjelang akhir  ibadah, kantong  kolekte di edarkan. Sementara kantong itu belum sampai ke tempat duduk kami, aku melihat tante ini sibuk mencari sesuatu dari dalam tasnya. Kegelisahan mulai terpancar dari raut wajahnya yang mulai keriput. Dengan diam-diam terus kuperhatikan dia. Saya jadi tidak tega dan ingin tahu apa yang dia cari.
“Tante, ada sesuatu yang dicari?”
“Iya. Saya rasa tadi dompet sudah saya masukkan ke dalam tas , ternyata belum. “
Sayapun tahu arah pembicaraannya.
“Tidak apa-apa Tante,…besok-besok lagi masih ada kolekte kok.” Kataku menenangkan.
”Tapi,…saya jadi nggak enak.”
“Nggak apa-apa Tan…”
                   Akhirnya kantong itu hanya numpang  lewat di depan tante tersebut. Saya mengira masalah itu telah selesai. Ternyata belum bagi tante itu. Ketika snack dibagikan, tante itupun menolak mentah-mentah. Sayapun jadi sedikit heran dengan sikap tante yang saya anggap agak berlebihan. Meskipun saya paksa untuk menerima, tante itu tetap tidak mau.  Saya tidak tahu persis alasan dia menolak snack, tapi saya kira masih ada kaitannya dengan dompetnya yang ketinggalan  sehingga ia tidak dapat memberi kolekte. Iapun pulang dengan membawa ‘rasa bersalah” karena tidak memberi kolekte.
Malam itu juga saya melupakan peristiwa  tersebut  dan sama sekali tidak mengingatnya. Hal yang biasa jika uang ketinggalan lalu tidak bisa memberi kolekte. Ternyata,………………masalah itu belum juga selesai bagi tante yang setia itu. Hari Senin  sekitar jam tujuh pagi, tante itu datang kerumah.  Ia menyerahkan sebuah amplop lengkap dengan namanya yang tertulis, amplop itu di-lem rapat.
“Bu,… saya nitip persembahan saya yang kemarin lupa itu ya….”
Dengan sedikit heran, kuterima amplop itu.
“Wah..tante memang hebat. Tante sangat menghargai perkara rohani, .” kataku sambil mengacungkan jempol.
“Iya,..saya nggak enak sama Tuhan. Saya yang salah, karena saya tidak meneliti apa yang harusnya saya bawa di dalam tas.”
Singkat cerita, tante itu pulang dengan hati yang lega alias plong.
,..terkadang kita menganggap hal yang biasa jika kita lupa membawa kolekte atau malah pura-pura lupa supaya kantong pribadi tetap terisi tak peduli dengan kantong kolekte yang melintas di depan kita.  Hari itu saya mendapat pelajaran yang berharga.  Tante itu  menghargai perkara rohani dan mengerti makna Firman Tuhan yang mengatakan “ Janganlah ia menghadap hadirat Tuhan dengan tangan hampa” (Ulangan 16:16b). ada sesuatu yang bisa kita bawa ke hadirat Tuhan. Selain hati kita, juga sebagian berkat-berkat yang Tuhan telah berikan yaitu persembahan.  Seberapa seriuskah selama ini kita mengganggap  tentang kolekte atau persembahan?  Memang Tuhan tidak memandang seberapa besar yang dapat kita beri. Tuhan lebih melihat sikap hati kita dalam memberi. Tetapi jika sikap hati kita lurus dihadapaNya dan kita mengasihiNya, maka tak mungkin kita tidak memberi . Toh..apa yang kita miliki, semua  adalah pemberian Tuhan. 
Jika menghargai perkara rohani, maka kita tidak akan melupakan hal-hal semacam itu. Mestinya sudah kita persiapkan dari rumah. Jangan pura-pura lupa,..karena dihadapan Tuhan tak ada sesuatupun yang tersembunyi, termasuk sikap hati yang tak seorangpun tahu. Ada orang yang sangat memperhatika masalah uang kolekte. Uang itu sedapat mungkin yang terbaik, tidak sobek atau kumel (supaya bendahara tidak pusing,  hehehe…). Jumlahnyapun perlu dipertimbangkan. Apakah layak kita memberi persembahan seperti kita memberi tukang parkir? (uang parkirpun sekarang sudah naik?), atau seperti memberi pengamen?    Oh…tidaklah yao…….Tuhan layak menerima semua yang terbaik dari kita.  Dan saya percaya Tuhan memperhatikan dan menghargai sikap hati kita yang terpancar melalui cara kita memberi.  
Kecuali kalau memang tidak punya uang untuk kolekte, itu lain cerita. Jangan jadikan itu sebagai alasan untuk tidak datang beribadah.
Marilah kita terus belajar menghargai perkara rohani “…sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2 Kor 9:7).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar